Sejarah keluarga Poelei Kaoem Keling di Soeberang Padang,tidak lepas dari pendudukan Hindia Belanda (Nederlandsch Oost-Indië) yang kini berada di wilayah Kecamatan Padang selatan Kota Padang,Provinsi Sumatera Barat.
Keluarga Poelei Kaoem Keling,merupakan Imigran dari Portonovo yang sekarang dikenal sebagai Parangipettai,sebuah desa pesisir di distrik Cuddalore,Tamil Nadu,India dimana wilayah tersebut memiliki sejarah dalam pusat perdagangan yang signifikan di pantai Coromandel dan menjadi tujuan penting bagi pedagang Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris selama masa kolonial,serta dikenal karena pembangunan pabrik besi & baja Porto Novo di Asia pada masanya.
Menurut keterangan ahli waris Poelei,Darwin 66 tahun,Senin 29/09/2025 mengatakan,”Dahulunya kakek buyut kami merupakan pedagang dan peternak, yang di ajak pemerintah Hindia Belanda untuk bekerja sama guna mendatangkan sapi jenis Zebu atau brahma dari India Selatan,dan beberapa komoditas perdagangan lainnya.
” Untuk keberlangsungan kerjasama antara kakek buyut kami dengan pemerintah Hindia Belanda, mereka menyediakan lahan di Padang,tepatnya di sebahagian wilayah Seberang Padang Kecamatan Padang Selatan, sebagai tempat peternakan dan pengembangbiakan sapi potong dan sapi perah.
Sekian tahun kegiatan kerjasama berlangsung di Padang,terjadi berbagai perihal yang mengharuskan kakek buyut untuk meninggalkan usaha disini dan memanggil anaknya Manikam Poelei pada tahun 1919(kedatangan 1921 di Padang) yang seorang pengembala sapi di Penang Malaysia yang dahulunya wilayah jajahan Inggris,dan melanjutkan usaha peternakan orang tuanya.
“Karena pasang surut perekonomian saat itu di wilayah jajahan Hindia Belanda,beliau pun pulang ke kampung halaman orang tuanya dan menitipkan usaha kakek buyut kepada anaknya semi poelei biasa di panggil Tambi yaitu baba’ kami.
Pada tahun 1943 usaha yang di kelolah baba’ pun hampir kandas sebab pergantian pemerintahan dari Belanda ke Jepang,memaksa ratusan ekor sapi di serahkan ke pemerintah Jepang yang berkuasa saat itu,dan di tahun – tahun berikutnya terjadi pergolakan hebat seperti perang kemerdekaan,PRRI,penumpasan anggota PKI yang membuat usaha keluarga ambruk dan hanya meninggalkan sedikit ternak dan perampasan berbagai aset oleh pendatang baru yang menjadi kepala kampung di tempat kami.”ungkapnya.*